Sabtu, 22 Mei 2010

Menengok Muslim Lakemba, Australia


Saat berada di Lakemba, saya seperti berada di sebuah negeri Arab atau Asia Selatan
Hidayatullah.com--Berkunjung ke Australia hampir menjadi sebuah obsesi saya sejak remaja. Maklum, semenjak sekolah menengah dulu saya terbiasa mendengarkan siaran Radio Australia yang banyak menceritakan tentang keindahan alam negeri benua yang terletak di sebelah selatan Indonesia ini. Kesempatan itu akhirnya datang juga dengan diberikannya beasiswa dari pemerintah Australia kepada saya untuk jenjang pendidikan lanjutan di negeri Kanguru.
Di sela-sela kesibukan menuntut ilmu, saya berkesempatan pula melancong ke beberapa tempat di negeri yang berpenduduk asli suku Aborigin dan lebih banyak berupa padang pasir ini. Sebuah pengalaman mengesankan saya rasakan ketika berkunjung ke Lakemba di negara bagian New South Wales.
Saya menemukan komunitas muslim yang ramai di suburb yang hanya berjarak lima belas kilometer dari pusat kota Sydney ini. Daerah Lakemba bisa dicapai dari Sidney dengan menggunakan bus, kereta api atau mobil.

Kota kecil yang termasuk dalam distrik Canterbury ini adalah tempat berkumpulnya muslim dari berbagai negara, diantaranya dari India, Pakistan, Bangladesh, Indonesia, Malaysia, Jazirah Arab, Mesir, Afrika Selatan, Somalia, Libanon dan Turki. Untuk masyarakat kedua negeri terakhir bisa kita kenali kehadirannya dari restoran kebab dan pizza mereka yang mudah ditemukan di pinggir jalan Lakemba. Sedangkan penduduk lainnya berasal dari Australia asli, China dan negeri-negeri pasifik seperti Tonga, Fiji dan Samoa.
Saat berada di Lakemba, saya seperti berada di sebuah negeri Arab atau Asia Selatan. Melihat penduduknya, bangunan-bangunan yang ada, toko, restoran, money changer, salon, agen perjalanan, serasa seperti di Islamabad atau Dhaka. Hanya rambu dan tertibnya lalu lintas, petunjuk layanan publik, serta rapinya penataan kota yang menyadarkan bahwa saya masih berada di Australia. Sebagaimana di bagian lainnya dari kota besar Australia yang biasanya terdapat China Town, Lakemba secara alamiah berkembang menjadi suburb pusat kawasan muslim di Sydney yang berpenduduk sekitar empat setengah juta orang ini.
Para imigran maupun pendatang temporer ini kebanyakan bekerja di berbagai sektor formal seperti perawat, dosen, guru TK, pegawai pemerintah, mahasiswa dan pelajar, pekerja kebun, pekerja pabrik, cleaner serta beragam profesi lainnya. Banyak pula diantaranya yang berusaha di sektor riil seperti pemilik toko buku, apotik, serta hotel dan restoran. Wilayah ini berkembang cukup pesat semenjak hadirnya muslim dari berbagai negara, sehingga membuat bahagia penduduk setempat pemilik property, karena harga sewa yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari muslim Lakemba, tersedia toko-toko dan layanan jasa lainnya yang mereka usahakan sendiri, termasuk salah satunya adalah supermarket halal yang dimiliki oleh seorang warga muslim dari Indonesia. Supermarket halal ini menyediakan banyak bahan makanan impor dari negara-negara Asia khususnya Indonesia, mulai dari aneka macam sambal, kerupuk, terasi, santan kelapa, mie instant, tahu, tempe, sampai bumbu-bumbu lainnya. Kehadiran supermarket masakan halal serta Asia tersebut membuat warga muslim seperti tinggal di negeri asal mereka.
Khusus untuk halal butchery, pemerintah Australia dalam hal ini Ministry of Agriculture, Australian Federation of Islamic Councils dan Australian Government Supervised Muslim Slaughter System (AGSMS) menerapkan sertifikasi yang ketat untuk memastikan kehalalan daging yang akan dikonsumsi oleh kaum muslim, sebuah jaminan yang mungkin lebih baik dari negeri muslim sendiri seperti di Indonesia.
Masyarakat muslim dari Indonesia banyak pula yang menetap di kota kecil ini. Komunitas perawat dari Indonesia dalam jumlah cukup besar, sebanyak lebih dari seratus orang tinggal di sekitaran Sydney termasuk Lakemba ini. Sedangkan lainnya yang telah lama menetap di Lakemba, memiliki beragam profesi. Satu diantaranya membuka usaha restoran masakan Padang yang cukup ramai dikunjungi para pembeli dari berbagai negara. Kehadiran restoran Padang ini tentu saja menjadi salah satu tempat berkumpulnya orang Indonesia, yang secara tidak langsung juga turut memperkenalkan masakan Indonesia di negeri Koala ini. Kehadiran komunitas muslim yang ramai seperti di Lakemba ini tentu saja turut memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi Australia.

Kegiatan keislaman
Meski tidak ada catatan resmi tentang berapa jumlah muslim di Lakemba karena agama tidak masuk dalam pertanyaan sensus penduduk di Australia, namun perkiraan konservatif menghasilkan angka 80% lebih penduduknya adalah muslim. Kaum muslim secara alamiah membentuk komunitas-komunitas keislaman berdasarkan asal negara mereka. Namun, selain itu hadir pula berbagai organisasi keislaman internasional seperti Jamaah Tabligh, Hisbut Tahrir dan Salafy serta kegiatan yang berafiliasi dengan organisasi muslim dari negara asal. Meski terkadang terjadi persinggungan karena perbedaan mahsab, aliran dan pemikiran, muslim Lakemba yang minoritas di Australia hidup rukun dengan jalinan ukkuwah yang kuat diantara mereka, baik sesama muslim senegara mapun dengan muslim dari negara lainnya.
Di kawasan kecil dari Sydney ini terdapat enam buah masjid dan mushola yang dikelola oleh berbagai komunitas muslim, salah satunya adalah masjid Al Hijrah yang dikelola muslim dari Indonesia. Nama Al Hijrah yang merujuk pada perpidahan kaum muslim pada jaman Nabi ke Madinah dari Makkah, seolah menjadi penanda hijrahnya kaum muslim ke negeri Koala ini.
Kegiatan keislaman yang dilakukan di masjid ini selain sholat lima waktu dan sholat Jumat adalah pengajian kaum terpelajar yang diselenggarakan setiap minggu subuh, pengajian umum pada sabtu malam, TPA pada minggu jam sepuluh pagi, serta pengajian ibu-ibu. Para Ustad selain berasal dari Lakemba, beberapa diantaranya juga dihadirkan dari Indonesia seperti dosen dan professor serta ulama yang sedang di Australia, yang biasanya dilaksanakan pada weekend yaitu Jumat, Sabtu atau Minggu malam.
Tema-tema pengajian pada hari minggu sehabis subuh itu diantaranya membahas tentang hadis nabi, ekonomi islam, islam sebagai rahmatan lil alamin, islam sebagai the way of life dan ideology, dan isu-isu islam kontemporer lainnya. Para peserta pengajian sangat antusias mengikuti pengajian minggu pagi itu, beberapa diantaranya dengan melontarkan pertanyaan maupun masukan yang kritis. Acara pengajian pagi biasanya diakhiri dengan makan bersama oleh seluruh jamaah pengajian.
Selain acara keagamaan, acara-acara inovatif bernuansa keislaman juga dilaksanakan seperti pengajian tahun baru (Masehi), dialog, talk show, serta barbeque dan open house bagi non-muslim yang dikukan di Masjid Lakemba. Selain itu, masjid juga digunakan untuk acara akad nikah, selain di public library atau town hall. Arisan ibu-ibu sebagai ajang silaturahmi juga rutin dilaksanakan di rumah belakang masjid Al Hijrah ini.
Demikian sekelumit cerita tentang muslim di Lakemba, Australia. Semoga kisah ini bisa memberi inspirasi bagi kaum muslim di Indonesia untuk terus menjaga semangat keislaman serta ukhuwah islamiah kita. [kiriman Nico Andrianto, Mahasiswa Master of Policy and Governance Program, Crawford School of Economics and Government, Australian National University (ANU), Canberra, Australia. Dimuat www.hidayatullah.com, Saturday, 22 May 2010 10:56 JALAN-JALAN ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar