Selasa, 21 Desember 2010

Solidaritas Bencana dari Australia

Persaudaraan dalam Islam ibarat “jika satu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh lainnya juga merasakan sakit”. Bangsa kita berturut-turut dilanda bencana alam mulai dari banjir bandang di Wasior, tzunami di Mentawai dan letusan gunung Merapi. Duka itu juga dirasakan oleh saudara-saudaranya yang tinggal jauh bumi belahan selatan, Australia. Sebagai perwujudan kepedulian warga Indonesia di Australia, beberapa kegiatan penggalangan dana dilakukan dalam periode bulan November sampai Desember 2010 dalam berbagai bentuknya.

Panitia peringatan hari besar Islam (PHBI) Canberra pada 12 November yang lalu menghadirkan Ust. Yusuf Mansur dalam rangkaian Tabligh Akbar penggalangan dana untuk korban bencana alam di Indonesia. Berbondong-bondong para “ekspatriat” warga Indonesia yang tinggal di Canberra hadir di Balai Kartini KBRI Canberra untuk mengikuti acara sebagai bentuk kepedulian terhadap saudara di Tanah Air yang tertimpa bencana. Mereka datang dari berbagai “profesi”, mulai dari mahasiswa, cleaner, diplomat, house keeper, ibu rumah tangga, pengusaha, dan seluruh komponen masyarakat muslim lainnya.

Dalam tausiah yang disampaikan, Ust. Yusuf Mansur mengajak segenap kaum muslim untuk bersedekah membantu saudara-saudaranya yang terkena cobaan. Sambil memberi motivasi, Ust. Yusuf Mansur menceritakan perjalanan spiritualnya sebelum menjadi da’i yang mengantarkannya dekat dengan ajaran islam melalui salah satu amalan utama yaitu sedekah. Bagaimana beliau lepas dari lilitan hutang karena memohon pada Allah SWT melalui cara men-shodaqoh-kan hartanya. Pada kesempatan itu pula ustadz yang banyak mengarang buku tersebut mengajak jamaah berdoa bersama memohon hanya kepada Allah SWT demi keselamatan para pengungsi dan redanya bencana alam tersebut.

Perjalanan ustadz muda yang difasilitasi oleh Center for Islamic Dakwah and Education (CIDE)- Sidney ini juga meliputi kota-kota Sydney, Melbourne, Wollongong dan Perth untuk menggalang dana bagi korban bencana di Indonesia yang akan diwujudkan dalam pembangunan rumah-rumah tahfidz di berbagai lokasi bencana. Hal tersebut untuk mengantisipasi “bencana akhidah” jangka panjang yang biasanya juga terjadi mengikuti banyaknya bencana alam di Indonesia.

Sampai dengan 25 November 2010, dana Solidaritas Bencana PHBI telah berhasil dikumpulkan dari para students dan masyarakat Islam di Canberra sebesar AUD $ 5,180.63. Penyaluran dana dilakukan melalui BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) yang di tanah air yang memiliki jelajah operasi sama dengan PMI, selain melalui beberapa jaringan salah satu universitas di Yogyakarta. Sementara untuk donasi Program Pembibitan Penghafal Al Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an Wisata Hati dari wilayah Canberra sampai dengan pertengahan Desember 2010 telah terkumpul lebih dari AUD $ 13 ribu dan US $ 500 yang dilaporkan berkala melalui milis PPIA-Canberra.

Mengingat tanah air kita sangat rawan bencana alam, pada kesempatan tersebut PHBI Canberra juga berketetapan untuk membentuk dana khusus solidaritas bencana yang dikelola secara terpisah dari pembiayaan kegiatan perayaan hari besar Islam. Salah satu caranya adalah dengan meng-collect hibah BarBeKu (Barang Bekas Berkualitas) yang dapat dijual kembali dengan harga terjangkau, terutama kepada para student baru yang membutuhkan. Bentuknya bisa berupa pakaian, otomotif, barang electronik, furniture, kitchen wares, atau ATK.

Sementara itu, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia ranting ANU (PPIA-ANU) juga tak ketinggalan mengumpulkan sumbangan untuk para korban bencana alam di Indonesia. Banyak cara-cara kreatif yang ditempuh oleh para intelektual muda tersebut, diantaranya adalah penggalangan dana sesudah sholat Jumat di kampus yang berhasil mengumpulkan sumbangan dari Muslim “seluruh” dunia yang belajar di kampus ANU, menjual kaus PPIA-ANU, menjual minuman botol, penggalangan dana di Indonesian Culture Night, dan pembukaan rekening bantuan melalui NetBank transfer ke rekening PPIA-ANU.

Transparansi dan akuntabilitas penggalangan dana PPIA-ANU yang diketuai mahasiswa pegawai KPK ini sangat ditekankan, ditunjukkan dengan pengumuman laporan transparansi hasil penggalangan dana korban bencana secara periodik di milis PPIA-Canberra. Total sumbangan yang berhasil dikumpulkan PPIA-ANU adalah sebesar AUD $ 2,308.

Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Australia, sebagai wadah para penulis kita tak mau ketinggalan juga mengadakan penggalangan dana untuk bantuan bencana alam. Melalui lomba penulisan pengalaman inspiratif hidup di Australia, cabang organisasi yang masih baru di Australia ini melakukan upaya fund raising sambil “menebarkan cahaya”. Melalui lomba yang diikuti oleh para mahasiswa yang belajar di Australia ini rencananya FLP Australia akan menyumbangkan royalty penjualan buku yang akan diterbitkan untuk saudara-saudara kita para korban bencana alam di Tanah Air. Sehingga, jika saudara-saudara membeli buku yang akan diterbitkan FLP Australia nanti berarti ikut membantu meringankan beban para korban bencana. Wallohu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar