Minggu, 19 Desember 2010

Museum-Museum Australia

Meski termasuk “muda” secara sejarah dan budaya, Australia memiliki banyak sekali museum. Museum imigrasi, museum binatang, museum maritim, museum archieve, museum film dan audio, museum pencetakan uang, museum pendirian jembatan Sydney, war memorial dan museum kota Canberra untuk menyebut beberapa diantaranya. Australia seakan terus menuliskan sejarahnya dengan membangun berbagai museum tersebut.


Kebanyakan museum milik pemerintah Australia adalah free of charge alias gratis, namun dengan fasilitas, koleksi dan pelayanan yang sangat bagus. Penataan koleksi dilakukan secara detail dengan perencanaan yang matang, termasuk dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan visualisasi tiga dimensi. Audio visual dirangkai dengan berbagai koleksi untuk memperkuat tema-tema yang relevant.

Museum di Australia jauh dari kesan angker, lembab dan membosankan. Pada berbagai momentum, museum Australia juga menampilkan berbagai tema-tema tertentu yang menarik banyak pengunjung termasuk anak-anak sekolah, pensiunan dan khalayak umum. Selain untuk mengenal sejarah bangsanya, datang ke museum juga berarti untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan yang berguna.

Museum Nasional Australia

Sesaat setelah masuk Museum Nasional Australia di Canberra, kita disuguhi tiga segmen film tentang sejarah Australia dalam studio berputar dengan tata suara dan gambar dari puluhan teve layar datar yang excelent. Ketiganya terdiri dari era Aborigin, era kedatangan Bangsa Eropa sejak captain Cook, dan Australia kontemporer yang multikultur. Museum ini ingin menonjolkan sebuah kebijakan publik terkait multikulturisme dan pengarusutamaan Aborigin sebagai penghuni asli benua Australia dengan berbagai hak-hak adat budaya yang melekat.

Bangsa Aborigin telah ada di benua Australia ribuan tahun di era Eora. Peninggalannya bisa kita temukan di Uluru, ayers rock dan situs-situs tradisional lainnya. Suku Aborigin sangat terkait dengan alam, berpindah-pindah, terpecah dalam berbagai sub-tribal dan budaya. Tampil dalam kemasan ini tarian bertema alam, musik aborigin, serta model tempat tinggal. Produk-produk budaya yang dipamerkan diantaranya adalah bomerang, tombak, bubu penangkap ikan, kain tenun yang seperti batik dan alat-alat hidup Aborigin lainnya.

Berbagai artefak, lukisan tradisional, film, multimedia dan instalasi menggambarkan bagian ini pula. Aborigin identik pula dengan berburu, batu, olesan tanah liat di tubuh, dan musiknya yang khas. Ditampilkan pula dingo, kangaroo, emu, koala, harimau yang punah, possum, wombat, kakatua dan wallabies. Semuanya tersaji apik dalam artifak, tayangan audio visual dan pencahayaan yang indah.

Dengan museum ini Australia ingin menatap kedepan sejarahnya dan membangun platform berbangsa dengan mengakui kesalahannya dimasa lampau. Kejujuran akan perlakukan kelam terhadap bangsa Aborigin dimasa lampau misalnya tentang “generasi yang hilang” dan permohonan maaf bangsa Australia menjadi tema-tema pentingnya. Sedangkan perlakukan yang lebih manusiawi dan beradab ditonjolkan di bagian berikutnya, termasuk peran Aborigin dalam barisan tentara Australia di Perang Dunia II serta berbagai sektor kehidupan terkini.

Pada bagian berikutnya ditampilkan era kedatangan Bangsa Eropa serta capaian-capaian sehingga menjadi negara maju seperti sekarang ini. Bagian selanjutnya menonjolkan program multikultur negara Australia pada beberapa dekade terakhir. Kebijakan publik sangat kentara mempengaruhi tema penggelaran koleksi di museum pemerintah pusat Australia ini. Namun, meski banyak orang Australia mengetahui pernah suatu masa para pelaut Bugis dan Makassar mencari teripang di pantai Australia Barat, fakta tersebut belum dimasukkan kedalam tema museum yang terletak di dekat kompleks Australian National University ini.

Victoria Museum

Museum ini memberi impresi yang sangat kuat akan keinginan negara bagian Victoria untuk membuat museum berkelas dunia. Dengan bangunan ultra-modern, dipadu dengan koleksi yang sangat menarik dan edukatif, menjadikan Victoria Museum tempat yang layak untuk dikunjungi. Bisa dicapai dengan suttle bus gratis yang disediakan pemerintah kota, museum ini menjadi salah satu ikon kota yang digemari anak-anak dan keluarga.

Masuk kedalam museum ini kita disuguhi berbagai kerangka dinosaurus yang lumayan lengkap. Ukurannya yang raksasa tentu saja menarik perhatian para pengunjung. Dinosaurus pemakan daging, pemakan tumbuhan dan burung purba ditampilkan di bagian ini. Kerangka ikan paus raksasa juga melengkapi bagian ini, dengan visualisasi dan reka ulang kehidupan purba pada beberapa bagiannya.

Pada bagian selanjutnya terpapar berbagai koleksi tentang binatang khas Australia, beberapa diantaranya dalam keadaan hidup. Berbagai ragam burung, serangga, ikan, invertebrata dan mamalia dipajang di museum ini dengan tampilan yang sangat artistik. Interaktivitas sangat ditojolkan di beberapa bagiannya dengan bantuan teknologi, sehingga anak-anak bisa dengan mudah belajar menganali cirri-ciri, suara, sifat dan cara hidup binatang-binatang tersebut.

Pada bagian lainnya, berbagai binatang dari seluruh dunia yang telah diawetkan menjadi koleksi yang artistik sekaligus edukatif. CSIRO, atau LIPI-nya Australia banyak menyumbangkan koleksinya di museum kota metropolitan ini, termasuk berbagai mainan dan sarana pendidikan interaktif berteknologi tinggi. Bukan hanya mengenal binatang, pada bagian the human body, kita diperkenalkan dengan organ tubuh kita. Berbagai bagian dalam tubuh kita, beserta berbagai penjelasan ilmiahnya turut dipamerkan. Pada bagian brain kita diperkenalkan dengan fungsi-fungsi otak kita dengan berbagai pengaruh psikis dan emosinya.

Di museum yang terletak di tengah kota Melborne ini juga dibangun hutan di dalam bangunan yang sangat bisa menggambarkan hutan yang sesungguhnya. Desainnya yang sangat matang memungkinkan kita melalui track-nya bisa mempelajari ekosistem hutan dengan aneka pepohonan, binatang-binatang, burung-burung, sungai, dan rawa-rawanya. Pembelajaran yang ingin disampaikan adalah pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah kebakaran hutan, menghargai pentingnya air, dan sebagainya. Menghadirkan hutan di tengah metropolitan Melbourne, itulah sensasi yang ditawarkan bagian ini.

Bada bagian terakhir disajikan IMAX, gedung bioskop dengan layar terbesar ketiga di dunia. Bioskop ini juga bisa menampilkan film tiga dimensi dan tata suara yang prima. Dengan bantuan kacamata khusus kita bisa menikmati berbagai tayangan tentang alam semesta, peradaban-peradaban kuno dan tentu alam lingkungan di sekitar kita.

Museum kota Canberra

Sebuah brosur memuat tulisan: “Canberra, Our Nation, Your Capital” menjadi salam persahabatan dari ibukota Australia ini. Sebagaimana di banyak negara bagian, Australian Capital Territory (ACT) tak ketinggalan juga memiliki museumnya sendiri. Museum ini menceritakan tentang sejarah ibukota Australia ini dalam berbagai bentuk tampilan artifak dan produk-produk seni.

Dipamerkan berbagai koleksi terkait perkembangan kota Canberra mulai awal pendiriannya sampai menjelma menjadi kota modern saat ini. Pada beberapa bagian dipajang berbagai koleksi yang merupakan sumbangan warga kota, semisal koleksi mainan anak-anak, mobil-mobilan dengan berbagai bentuknya, sesuatu yang mungkin hanya bisa difahami jika kita menjadi bagian dari kota ini. Salah satu yang ditampilkan di museum ini adalah sosok Ned Kelly yang sangat fenomenal di negara benua ini. Penjahat dengan berbagai sisi menarik kehidupannya ini tergambar dalam berbagai tema lukisan.

Di museum ini juga dipamerkan kendaraan polisi, penjara jaman dahulu, sampai polisi sahabat anak-anak. Untuk memperingati agar tidak terulang polisi korup, pemerintah ACT memasukkan kedalam museum tentang polisi yang jahat dan korup, sebuah kejujuran untuk mengakui kesalahan masa lalu. Mereka seolah ingin mengatakan bahwa korupsi di kepolisian adalah bagian masa lalu yang sudah masuk museum. Sebuah kisah yang masih relevan dengan kondisi negara kita dimana korupsi seharusnya segera dimasukkan ke museum pula. Sebab korupsilah yang mencegah kita mewujudkan museum-museum berkelas dunia seperti yang ada di Australia. Wallaho a’lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar