Kamis, 20 Januari 2011

Yang Unik-Unik di Australia

Saat di Australia, saya dapati banyak sekali hal menarik untuk ukuran kita orang Indonesia. Ada yang konyol, aneh, atau nggak masuk akal. Obyek-obyek unik tersebut mulai dari misalnya patung “Banana” raksasa di Coffs Harbour NSW, patung kambing raksasa (Big Merino) di Goulburn NSW, atau tak seperti dalam bayangan kita ternyata ada juga becak (padycab) di Australia yakni di Sydney. Terdapat kotak pos tertinggi di Canberra pada ketinggian lebih dari 800 meter diatas permukaan laut yang masih difungsikan, yaitu di dalam Telstra Tower.


Saya mulai mengumpulkan hal-hal unik ini saat pertama menemukan peringatan dalam bahasa Jawa di toilet perpustakaan ANU. Waktu itu saya berfikir, kenapa nggak cukup bahasa Indonesia saja (disamping bahasa asing lainnya) dalam pengumuman itu untuk menekankan keragaman audiens. Yang lainnya, waktu membersihkan ruangan di CIT saya dapati coretan ekspresif mahasiswa di meja kelas bergambar UFO, atau koleksi vespa kecil di atas lemari pegawai administrasi yang saya “curi” gambarnya dengan Iphone.

Indonesia dan Australia hanya dipisahkan laut Arafura, namun memiliki budaya yang jauh berbeda. Yang sudah saya ceritakan sebelumnya misalnya tentang dibuangnya barang-barang berharga yang sudah tidak diperlukan. Atau di Australia tidak ada tukang parkir dan pelayan pom bensin, alias semua harus self service. Bayangkan kalau kedua hal terakhir ada di Indonesia, bisa-bisa nggak ada yang bayar. 

Pada suatu hari saya dapati tulisan informasi air and water di pom bensin. Pertama saya agak kaget, bagaimana satu jenis barang yang sama harus ditulis dalam dua bahasa. Ternyata papan tulisan itu menjelaskan adanya air (udara) dan water (air) yang disediakan untuk kebutuhan kendaraan di pom bensin tersebut. Di kota-kota Australia kran air siap minum atau pemanggang (barbeque) disediakan gratis di setiap tempat wisata atau public area. Apa yang terjadi kalau hal yang sama juga diterapkan di Tanah Air, pasti sudah banyak pedagang sate atau ikan bakar yang memanfaatkannya untuk berdagang. 

Saat berbelanja di market, kita dapati hal-hal aneh pula. Bukan hanya karena harga sekilo tempe disini jauh lebih mahal daripada harga sekilo daging ayam atau telur, dan daun pisang 10 lembar bisa seharga 20 ribu rupiah, namun juga dijualnya sweet potato (ketela rambat), dan teh “Madura” di suatu pusat perbelanjaan. Untuk mendongkrak penjualan, kadang-kadang produsen juga kreatif misalnya menjual tiga warna capsicum, hijau, merah dan kuning dalam satu plastik yang unik.

Perjumpaan dengan orang-orang Australia di sekitar kita perlahan menyingkap kabut seperti bertambahnya pengertian kita atas pelafalan bahasa inggris orang Oz yang seperti “menggumam” dan sulit dimengerti awal-awalnya. Dengan kita berinteraksi, maka semakin jelas pola pikir orang Australia. Seperti kalau kita mengambil uang ATM di Australia maka kartu ATM dulu yang keluar baru uangnya kemudian, kebalikan dengan di Indonesia. Hal ini seperti mengkonfirmasi bahwa kartu ATM jauh lebih berharga daripada sebagian uang yang diambil.

 
Pemahaman kita atas orang Australia pasti bertambah, seiring dengan berjalannya waktu. Tak seperti bayangan kita sebelumnya bahwa orang “Barat” jarang punya anak, yang sering saya lihat disini malah mereka mendorong kereta bayi dengan tiga sampai empat orang anak. Disini pula hampir setiap keluarga punya anjing kesayangan, yang seolah-olah seperti anak sendiri. Banyak dijual aneka makanan “khusus” hewan yang suka menggongong ini, yang beberapa diantaranya juga dikonsumsi oleh orang kita seperti hati ampela, dan kepala ikan kakap (bisa dimasak rendang), namun cara kita membelinya jangan sampai membuat penjualnya curiga. :) 

Australia mempunyai empat musim yaitu summer yang dimulai sekitar bulan Januari, fall sekitar Maret, winter sekitar Juni, dan spring sekitar Oktober. Perubahan posisi geografis Australia terhadap posisi Matahari pada bola bumi menyebabkan terdapat perbedaan lamanya pemunculan siang dan malam. Hal ini memaksa Australia memajumundurkan waktunya sejam setiap enam bulan sekali yang dikenal dengan “day light time saving”. Seperti saat ini, masuk waktu sholat maghrib bisa jam 8:20 pm dan mulai ishak jam 10:00 pm. Perubahan tersebut juga berimbas pada bergesernya waktu aktivitas orang Australia, misalnya jam kantor, sekolah dan pelayanan publik lainnya.

Dan terakhir, yang menarik adalah saya bertemu dengan kompasianer sedang menggelar dagangannya di Sunday Market. Beliau seorang student dari Indonesia yang sedang memasarkan aneka pin dan gantungan kunci di tempat orang-orang Australia dari berbagai latar belakang berbelanja. Tentu hal ini seperti sebuah mozaik yang indah, dan menjadi inspirasinya buat saya untuk mengabadikannya. Wallohu a’lam bissawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar